RenunganHarian Roma 14:1-16. Apa perintah Tuhan bagi kita dalam hal-hal yang meragukan? Hal-hal praktis apakah yang kita perlu lakukan dalam hidup setiap hari? (Ayat. 1-6) Perintah Tuhan adalah terimalah orang yang lemah imannya tanpa mencakapkan pendapatnya, siapa yang makan jangan menghina orang yang tidak makan demikian sebaliknya sebab Allah telah menerima orang itu. EksposisiRoma 14:7-9. Nas dari Roma 14:7-9 ini begitu indah. Tetapi secara khusus saya sangat tertarik pada ayat 9: Sebab un­­tuk itulah Kristus telah mati dan hidup kembali, supaya Ia menjadi Tuhan, baik atas orang-orang mati, maupun atas orang-orang hidup. Ada beberapa pemikiran yang timbul berkenaan dengan ayat ini: Roma14. Boks Temuan. Jangan menghakimi saudaramu. 14:1 Terimalah orang yang lemah l imannya tanpa mempercakapkan pendapatnya. 14:2 Yang seorang yakin, bahwa ia boleh makan segala jenis makanan, tetapi orang yang lemah imannya hanya makan sayur-sayuran m saja 1 . 14:3 Siapa yang makan, janganlah menghina n orang yang tidak makan, dan siapa yang BacaanFirman Tuhan: Roma 8: 14-17. "Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah". Hidup rohani, umat yang percaya kepada Kristus Yesus yang dimerdekakan dari kuasa daging. Tanggal Sabtu, 8 Oktober 2016. Ayat SH: Roma 1:16-17. Judul: Kekuatan Injil Kristus. Injil adalah kebenaran dan perbuatan Allah yang layak diyakini siapa pun. Dalam Injil terdapat anugerah Allah yang memberikan hidup kekal bagi mereka yang memercayai-Nya. Inti Injil adalah Yesus Kristus. Nas Roma 12:1-2 Pengkhotbah: sdri. Ludia Renungan: c. Ayat 14-17, Memiliki Etika yang baik. 15. Kelurga yang sehat Nas: Kejadian 6:9-22 dan kumpulan judul ini adalah hasil dari sebagian catatan pribadi setiap kali mendengarkan khotbah di berbagai ibadah yang di ikuti. SuratPaulus kepada jemaat Roma, khususnya dalam Pasal 1:16-17 memegang peran sentral. Hampir semua penafsir Alkitab sepakat bawa inti keseluruhan Surat Roma terletak pada bagian ini. Ini adalah tema surat. Bagian yang lain, terutama Roma , hanyalah penjelasan terhadap Roma 1:16-17. Di dalam kedua ayat ini, Paulus menjelaskan alasan Perhatikanhal-hal yang harus dikejar oleh orang-orang Kristen. 1. keramah-tamahan, Rom 12:13. 2. apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun, Rom 14:19. 3. kasih, 1Kor 14:1. 4. keserupaan dengan Kristus, Fili 3:12,14. 5. apa yang baik bagi satu sama lain dan semua orang, 1Tes 5:15. Bf3XV. Bangkit Kepada Hidup BaruRoma 6 1 – 14Nas Ayat 4 Pokok bahasan Kematian dan kebangkitan Yesus itulah jalan menuju hidup baru Surat Roma adalah surat terpanjang yang pernah ditulis oleh Rasul Paulus dan dianggap sebagai yang paling lengkap memaparkan pokok-pokok ajaran iman Kristen. Karena itulah surat ini pernah dianggap sebagai sebuah ringkasan ajaran iman Kristen Philip Melanchthon a compendium of Christian doctrine. Sebagaimana kita ketahui, rasul Paulus menulis surat ini kepada sebuah jemaat, yang walau kecil namun sangat dinamis, yang berada di tengah-tengah sebuah masyarakat Ibukota yaitu Roma. Sebagai sebuah ibukota kekaisaran dunia, Roma membentuk sebuah masyarakat yang berbudaya serba megah dan mengutamakan keperkasaan manusia. Apalagi ketika kaisar menuntut agar ia diakui dan dipuja sebagai penjelmaan dewa. Di samping dia tidak boleh ada wujud kekuasaan yang setara. Semuanya harus ditempatkan di bawah dia. Kita kini makin memahami bahwa hal itu tidak lebih dari sebuah “strategi politik” kaisar untuk mengukuhkan kekuasaannya; jadi semacam politisasi agama. Karena itu, di sekitar tahun 49 AD, kaisar Klaudius mengusir semua orang yang berdarah Yahudi dari kota Roma, karena adanya kerusuhan akibat perpecahan tentang sunat. Orang yang bersunat dan tak bersunat. Orang yahudi memaksa orang yang non yahudi yang menjadi Kristen untuk melakukan sunat. Kemungkinan lain karena mereka yang dituduh menyebarkan ajaran tentang seorang KURIOS Lord, TUHAN dan SOTER Saviour, Juruselamat lainnya yaitu Yesus Kristus. Kejadian sejarah ini direkam secara singkat di dalam Kis Rasul 182, yang sekaligus memberikan kesaksian bahwa di dalam jemaat Kristen di Roma sudah ada pula orang-orang yang berkebangsaan Yahudi mis. nama-nama Prisca/Priscila dan Aquila. Pengakuan inilah yang dipertaruhkan jemaat-jemaat Kristen di tengah-tengah masyarakat yang majemuk seperti halnya masyarakat Roma dan wilayah kekaisaran Romawi pada umumnya viz. Roma 116-18, yang berulangkali mendatangkan risiko besar bahkan hidup mereka sendiri; dpl. pengakuan inilah yang merupakan sumber kekuatan tetapi sekaligus tantangan yang maha berat bagi jemaat-jemaat Kristen di dalam kekaisaran Romawi khususnya di Roma pada masa-masa tertentu ingat penganiayaan dahsyat di masa Kaisar Nero. Sementara itu, dapat pula dicatat bahwa kondisi dan situasi internal jemaat Kristen di Roma memperlihat kondisi dan situasi yang lasim bagi sebuah jemaat majemuk, baik dari sudut latar belakang sosial budaya maupun paham keagamaan pdt Lambe’ istilahkan sebagai “budaya dan pemahaman keberagamaan” yang berbeda-beda. Orang Yahudi datang dengan budaya Taurat, sementara yang bukan Yahudi datang sebagai yang tidak mengenal budaya hukum Taurat menyambut dengan sangat sukacita pemberitaan rasul Paulus tentang dibenarkan oleh iman dalam Yesus Kristus.’ Situasi dan kondisi sedemikian sempat menimbulkan ketegangan berkepanjangan di dalam jemaat dalam mengelaborasi dalam sikap dan perilaku moral dan etik kehidupan kristiani mereka atas iman kepada Yesus Kristus TAURAT >< Injil! Dipertentangkan. Pertanyaan pokok adalah apakah Injil meniadakan hukum Taurat? Apakah percaya kepada dan hidup di dalam Kristus berarti bebas dari kewajiban terhadap hukum Taurat? Situasi demikian tentu saja akan melemahkan jemaat Kristen khususnya dalam upaya mereka mempertahankan kewibawaan ajaran iman Kristen di tengah-tengah sebuah masyarakat yang memang sudah memusuhinya dan berusaha menghapuskannya dari dalam wilayah kekaisaraan Romawi. Terhadap hal itu Paulus tidak berdiam diri. Dengan “kepiawaiannya” sebagai seorang yang sangat terpelajar dalam hukum Taurat, yang dilandaskan pada penghayatannya terhadap iman kepada Yesus Kristus setelah ia ditaklukkan oleh kuasa Kristus, ia mengungkapkan interrelasi dan interaksi antara Injil dan hukum Taurat di dalam diri dan kehidupan sehari-hari seorang yang percaya kepada Yesus Kristus. Menurut pemahaman para penafsir, perikop pembacaan kita, yaitu Roma 61-14, ditempatkan dalam konteks Roma 61 – 76 dengan tema Pembenaran sebagai anugerah yang memancar dari sebuah kehidupan yang sudah ditata kembali. Paulus mengakhiri Roma 5 dengan pernyataan yang sangat mengejutkan, khususnya pada kalimat-kalimat ”….di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah….” ayat 20b. Pernyataan ini tentu saja disambut dengan sangat bersemangat oleh kaum “bebas merdeka” semacam “Libertinisme Kristiani”. Tetapi pernyataan ini tentu saja membuat terkejut kaum “legalisme Kristiani” yang masih tetap berpegang teguh pada hukum Taurat sebagai prasyarat dan syarat untuk mengalami pembenaran dalam Yesus Kristus. Tetapi rasul Paulus tidak bermaksud demikian, baik seperti yang dipahami oleh kaum libertinis maupun seperti yang dipahmi oleh kaum legalistik Kristiani. Untuk menjelaskan maksud yang dikemukakannya melalui ungkapannya yang mengejutkan itu, rasul Paulus mengangkat inti dan pokok utama dari pengakuan iman Kristen, yaitu mengenai kematian dan kebangkitan Yesus Kristus mengenai arti dan maknanya bagi kehidupan orang percaya. Bertolak dari pemahaman tentang hal itu, rasul Paulus sekaligus menolak baik paham “libertinisme Kristiani”, maupun paham “legalisme Kristiani”. Ayat 4 yang telah diramu ke dalam tema “ Bangkit Kepada Hidup Baru” . Kematian Kristus bagi orang-orang yang percaya berarti kematiaan manusia kita yang lama dengan segala bentuk pemberontakan kepada TUHAN. Dalam iman yang sama kebangkitanNya berarti orang-orang mengalami pembaharuan transformasi. Bandingkanlah dengan pemahaman rasul Paulus dalam II Kor 517ff yang berkata-kata tentang ciptaan baru. Manusia telah dipulihkan kepada kemanusiaannya yang asali seperti yang diberitakan di dalam Kejadian 1. Manusia yang telah mengalami hal itu telah dibebaskan dari hukuman Allah karena dosa dan beroleh anugerah keselamatan yang kekal. Sebagai manusia baru’, hubungan dengan Allah yang sudah dipulihkan akan terus mewujud dan tercermin di dalam kehidupan seorang yang percaya. Hukum Taurat bukan lagi sebuah beban dan kewajiban untuk dipenuhi agar memperoleh anugerah dan pembenaran, melainkan merupakan bagian dari sebuah sikap hidup yang benar sesuai kehendak Allah Roma 122. Refleksi 1. Hari ini kita memperingati dan merayakan hari kebnangkiytan Tuhan kita Yesus Kristus. Dengan cara bagaimanakah kita memperingati dan merayakannnya?. Apakah dengan lomba olaraga yang penting?, PS, bakea`, domino, dsb? Apakah dengan cara itu kita dapat memaknai kebangkiotanb Kristus bagi hidup kita?. 2. peri hal mati dan bangkit bersama Kristus terp[aut erat satu sama yang lain, meskipun keduanya bukanlah sesuatu yang sudah dilalui. Kita menempuh kehidupan yang baru sambil mematikan manusia lama kita. Kebangkitan bersama Kristus bukanlah peristiwa yang terjadi sesaat, melaionkan suatu perjalanan setapak demi setapak, perjuangan melawan kuasa dosa setiap hari dan selama hidup kita. Bangkit kepada hidup baru berarti pertobatan yang terus menerus. 3. Ada sesuatu yang baru yang telah terjadi pada diri kita, yaitu pembaharuan akal budi. Hal itu haruslah menjadi novum dalam menjalani kehidupan sehari-hari kita sebagai jemaat Jesus Kristus di dalam sebuah masyarakat majemuk seperti halnya Indonesia. Banyak orang sedang berbicara tentang sebuah keharusan untuk membangun dan memperkuat kembali moralitas bangsa. Tetapi ternyata pendekatan yang hendak dipaksakan adalah melalui hukum, undang-undang, dan kekuasaan Negara. Dipastikan cara pendekatan ini hanya akan membuahkan keadaan yang membuat individu di negeri ini merasa dikekang, selalu merasa dimata-matai, sementara para petugas akan terjerumus ke dalam sikap dan perilaku yang repressif. 4. Saatnyalah umat Kristen di negeri ini mewujudkan novum itu sebagai sebuah tawaran untuk memecahkan persoalan moralitas bangsa yang sedang terpuruk. Alternatif yang hendak kita tawarkan manusia baru yang akal budinya telah mengalami pembaharuan transformasi dan karena itu selalu mempunyai kehendak hati yang kuat dan tak terbendung untuk mewujudkan ketaatan kepada ALLAH. Artinya pendekatan dari dalam atau penyadaran hati dan akal budi –mungkin dapat disebut pencerahan hati dan akal budi untuk mewujudkan kehidupan yang penuh kedamaian berdasarkan fakta bahwa seseorang itu sendiri sudah mengalami pendamaian dengan ALLAH. 5. Pasti ada tantangan yang akan dialami, bahkan kesulitan dan hambatan. Dan hal itu sudah banyak terbukti. Tetapi sama seperti kuasa maut tidak dapat menahan Yesus di dalam kubur, demikianlah kekuatan apapun tidak akan dapat menghalangi kebenaran ALLAH itu dinampakkan. Dpl. jika gereja selalu berpegang teguh pada iman tentang kematian dan kebangkitan yesus Kristus itu, maka tidak akan kuasa atau kekuatan apapun yang akan dapat menghalangi berita Injil tentang kematian dan kebangkitan Yesus kristus itu diberlakukan. Asalkan orang-orang Kristen sendiri memberlakukan hal itu di dalam kehidupannya sehari-hari. Bagaimana dengan saudara?. Kalau orang dalam beberapa hari berubah sikap dari takut menjadi berani, tentu ada penyebabnya yg luar biasa. Peruibahan besar terjadi pada suikap para murid dikota Yerusalem sejak peristiwa kebangkitan yesus. Beberapa hari sebelumnya, para murid yesus berada dalam keadaan muram, yesus yg semula mereka harapkan menjadi mesias, tyernyata dijatuhi hukuman mati. Mereka takut kalau-kalau mereka sebagai pengikutnya juga akan ditangkap dan menjalani nasib yg serupa. Menurut kitab Yohanes, murid-murid berkumpul “ di suatu tempat dengan pintu-pintu yg terkunci karena mereka takut kepada orang-orang yahudi. Beberapa hari kemudian mereka mulai berada di jalan-jalan raya kota dan berkata dengan lantang “ hai kamu orang yahudi dan kamu dan kamu semua yang tinggal di Yerusalem, yesus yg telah kamu salibkan dan kamu bunuh, tetapi Allah membangkitkan Dia. Tentang semua itu kami adalah saksinya. Kis 2 14-40 . Dapatkah saudara bayangkan, sikap para murid berubah 180 derajat. Mereka yg semula bersembunyi kini mengecam dan menasihati”. Kalau kita jadi penduduk kota Yerusalem, mungkin kita sulit mengenali kembali para murid. Mereka sangat berubah. Kalau dulu mereka begitu takut, sekarang begitu berani. Kalau mereka memberi kesaksioan itu di kota-kota kecil di luar yerusalem, itu tak mengherankan. Tetapi meraka melakukan itu di dalam kota Yerusalem, yang adalah tempat orang-orang yang memusuhi Yesus. Yerusalem adalah tempat tinggal para Imam besar, imam-imamkepala, orang-orang farisi, ahli-ahli taurta, orang saduki, dan massa orang Yahudi yg memusuhi Yesus. Jelas sekali bahwa para murid itu berubah menjadi sangat berani. Dihadapan orang-orang yang merasa berhasil menamatkan riwayat yesus, mereka meneriakkan yg sebaliknya Yesus sudah bangkit. Ia adalah Tuhan yg hidup!. Itulah perubahan besar yg terjadi pada murid-murid Yesus. Dari rasa kurang pasti menjadi yakin seyakin-yakinnya. Dari diam karena rasa kalah, menjadi bersorak karena rasa senang. Dari patah hati menjadi bulat hati. Apa yang menyebabkan perubahan sebesar itu? Apa lagi kalau bukan kenyataan bahwa yesus memang benar-benar sudah bangkit!. Amin Rancangan Khotbah Minggu Pentakosta, 15 Mei 2016Oleh Pdt. Alokasih Gulo[1] Selamat Merayakan Pentakosta, Shalom!Hari ini, kita merayakan pentakosta, merayakan peristiwa pencurahan Roh Kudus ke atas orang-orang percaya yang berkumpul di satu tempat di Yerusalem, tidak lama setelah Yesus naik ke surga lih. Kis. 2. Sejak saat itu, terjadi perubahan besar dalam diri dan kehidupan orang-orang percaya, dari yang tadinya masih ragu-ragu bahkan takut menyaksikan Kristus menjadi berani dan bersemangat memberitakan Injil Kristus ke mana-mana, mulai dari Yerusalem sendiri hingga ke bangsa-bangsa lain, termasuk ke Roma yang pada waktu itu dikenal sebagai negara “adidaya” karena memiliki kekuasaan yang cukup besar di berbagai wilayah di luar Roma sendiri, termasuk di Israel/Yahudi. Itulah sebabnya dalam kitab Roma ini Paulus kadang-kadang menyinggung tradisi/hukum Yahudi, dan kadang-kadang juga menyinggung tradisi/hukum kita tidak hanya sekadar merayakan peristiwa pencurahan Roh Kudus tersebut secara formalitas melalui kebaktian pada hari ini, tidak pula sekadar merayakannya dengan penggunaan kain liturgi berwarna merah sampai-sampai ada yang bingung memilih warna merah tersebut merah hati, merah menyala, merah jambu, merah muda, merah delima, atau merah seperti apa?; tidak juga sekadar perayaan yang terkesan monumental atau glamor sehingga kadang-kadang mengaburkan inti dari perayaan itu sendiri. Perayaan pentakosta melebihi semuanya itu, seharusnya membawa perubahan mendasar dalam diri dan kehidupan orang-orang yang telah Paulus, orang-orang percaya pada prinsipnya telah menerima Roh Allah, dan Roh Allah inilah yang memimpin orang-orang percaya dimaksud dalam menjalani kehidupannya sehari-hari, bukan lagi roh kedagingan eheha nösi niha, bukan lagi roh ketakutan eheha wa’ata’u, bukan lagi roh kefasikan dan kelaliman eheha wa lö atulö, eheha wa’afaito, eheha waguaguasa, eheha wa lö sökhi, bukan lagi roh keangkuhan eheha wayawasa ba fanandrawaisi, bukan lagi roh penghakiman eheha wanguhuku, bukan lagi roh pemecah-belah eheha wamazawili, dan bukan lagi roh pembenaran diri sendiri eheha waya’osa, melainkan pembenaran oleh kasih karunia Allah bnd. Rom. 829-30. Ketika kita dipimpin oleh Roh Allah berarti kita juga tinggal bersama dengan Tuhan sifao khö Keriso ita, dan Tuhan tinggal di dalam kita so Zo’aya ba wa’aurida, dan semuanya itu akan terlihat dengan jelas dalam kehidupan kita di mana pun kita berada. Orang yang dipimpin oleh Roh Kudus atau sebaliknya tidak dipimpin oleh Roh Kudus, akan terlihat dalam kata-katanya, terlihat dalam komunikasinya dengan sesamanya bnd misalnya orang zaman sekarang lebih mudah tersenyum kepada media komunikasinya daripada kepada sesama manusia, lebih ramah dalam dunia sosial/maya daripada dunia nyata, terlihat dalam relasinya dengan sesama selalu bermasalah atau lebih harmonis, ... terlihat dalam seluruh eksistensi hidupnya. Intinya adalah bahwa orang-orang yang telah menerima Roh Allah, yang dipimpin oleh Roh Kudus, telah mengalami transformasi kehidupan tebohouni wa’auri, hidupnya berubah menjadi lebih baik dari waktu ke apa “keuntungan” kita apabila sudah menerima Roh Kudus dari Allah itu? Apakah hanya sekadar mengubah diri dan kehidupan kita menjadi orang-orang yang dipimpin oleh Roh Kudus? Tidak! Ternyata, Roh Kudus itu juga mengubah status kita, dan ini sangat penting dan sangat menentukan bagi masa depan kita. Implikasi dari penerimaan Roh Kudus adalah bahwa setiap orang percaya yang hidup menurut Roh Allah tersebut kini disebut sebagai anak Allah yang sudah diangkat secara sah. Dalam hukum Romawi, seseorang memang sulit diangkat sebagai anak, namun apabila seseorang sekali saja berhasil diangkat menjadi anak maka statusnya sebagai anak tersebut bersifat permanen. Metafora ini tepat untuk menjelaskan kebenaran teologis tentang jaminan kehidupan orang-orang percaya yang telah menerima Roh Kudus. Anak alamiah dapat dicabut hak warisnya bahkan “dibunuh”, tetapi orang yang telah diangkat secara sah sebagai anak tidak boleh diperlakukan lagi seperti itu. Inilah salah satu cara Paulus untuk menggambarkan keselamatan orang-orang percaya Rom. 815, bnd. 823. Jadi tidak perlu lagi ada ketakutan atau kekuatiran akan pencabutan hak waris yang telah kita peroleh dari Tuhan, tidak perlu takut lagi akan adanya penghukuman atau pembunuhan, sebab kita sekarang adalah orang-orang yang telah diangkat oleh Allah sebagai itukah “keuntungan” kita apabila sudah menerima Roh Kudus dari Allah? Tidak juga! Masih ada lagi! Orang-orang percaya yang telah menerima Roh Allah, memiliki hubungan yang sangat akrab dengan Allah Bapa, Ia menjadi seperti ayah kita sendiri. Istilah “Abba” berasal dari bahasa Aram, biasa digunakan oleh anak-anak Yahudi untuk memanggil ayah mereka sendiri. Jadi, orang yang telah menerima dan dipimpin oleh Roh Allah adalah anak Allah bnd. ay. 14, yang boleh berseru kepada-Nya dengan panggilan “ya Abba, ya Bapa”, sungguh suatu panggilan mesra dan akrab; ah, begitu dekatnya dengan Tuhan, dan ini boleh terjadi karena Roh Allah sendiri menolong kita dalam seruan atau doa kita kepada Tuhan bnd. Roma 826-27. Roh Kudus inilah juga yang meyakinkan kita, dan memberi kesaksian bahwa kita adalah anak-anak Allah yang diangkat secara sah. Tentu, kita pun mesti menunjukkan perbuatan yang mencerminkan perbuatan anak-anak Allah, anak-anak yang tidak mempermalukan Bapanya, anak-anak yang tidak menyusahkan hati Bapanya, anak-anak yang membanggakan Bapanya, dan anak-anak yang begitu dekat dengan lain yang juga sangat penting dari pengangkatan kita sebagai anak-anak Allah dan keintiman kita dengan “Ayah” kita tersebut adalah bahwa kita menjadi ahli waris Allah, dan kalau kita ikut menderita dengan Kristus maka kita juga adalah ahli waris Kristus. Pewarisan seperti ini disebut sebagai pewarisan ganda, yang juga sudah dikenal dalam PL lih. Ul. 2115-17. Anak sulung mendapat dua bagian dalam warisan, pertama hak warisan sebagai anak yang lahir dalam keluarga itu, dan kedua hak waris karena ia memenuhi persyaratan khusus sebagai anak sulung. Jadi, kalau kita percaya kepada Kristus, maka kita pun memperoleh satu warisan penting, yaitu menjadi ahli waris Allah, dalam hal ini berhak menerima janji-janji Allah untuk MASUK ke dalam Kerajaan-Nya. Namun, apabila kita memenuhi persyaratan khusus, yakni ikut menderita dengan Kristus bnd. Fil. 129, maka kita juga memperoleh warisan yang kedua/ganda, yaitu menjadi ahli waris Kristus, dalam hal ini MEMILIKI Kerajaan Allah yang telah kita masuki itu bersama-sama dengan Tuhan Yesus. Kalau kita “dipimpin oleh Roh Allah”, dan kalau kita “hidup menurut Roh Allah”, kita pasti akan menderita dengan Kristus. Hidup menderita yang kita jalani dalam Roh Allah bersama Kristus inilah yang kemudian membuat kita dipermuliakan bersama-sama dengan Kristus. Inilah pengharapan orang-orang percaya yang telah menerima dan dipimpin oleh Roh berefleksi, Roh Kudus pasti menyertai![1] Khotbah Minggu, 15/05/2016, di Kebaktian Siang BNKP Jemaat Denninger. 12 jenis sikap dari kelompok dan pribadi manusia 1. Para pemimpin agama munafik, iri hati, dikuasai kebencian, tidak adil, sok rohani. 2. Pilatus pengecut, mengamamkan dirinya, mementingkan diri sendiri, sinis, menghina. 3. Herodes pencari sensasi, mau menunjukkan kuasanya, cepat tersinggung. 4. Para serdadu romawi penuh kekejaman, mengejek, menghina, suka menyiksa. 5. Rakyat senang atas penderitaan orang lain, plin-plan, gampang dipengaruhi. 6. Penjahat di sebelah Yesus sinis, penuh penghinaan, mengejek. 7. Para murid penuh ketakutan, keputusasaan, keputusharapan. 8. Simon dari Kyrene bersedia memikul salib, terpancar daya tarik Yesus. 9. Penjahat yang memohon kepada Yesus sadar diri, memohon pengampunan. 10. Perwira romawi sadar, mengakui Yesus adalah Anak Allah. 11. Pengikut rahasia Yesus sembunyi, tidak berani di hadapan orang lain tetapi akhirnya siap melayani. 12. Para wanita dan Yohanes berani, setia sampai akhir walaupun dipenuhi kesedihan dan ketidakpercayaan.