Simaklahteks puisi berikut! Surat dari Ibu. Pergi ke dunia luas, anakku sayang. pergi ke hidup bebas! Selama angin masih angin buritan. dan matahari pagi menyinar daun-daunan. dalam rimba dan padang hijau.. Pergi ke laut lepas, anakku sayang. pergi ke alam bebas! Selama hari belum petang. dan warna senja belum kemerah-merahan. menutup pintu CaraMenarik Kesimpulan. Ada tiga macam cara untuk menarik kesimpulan dalam paragraf induktif, yaitu generalisasi, analogi, dan sebab akibat. 1. Generalisasi. Generalisasi merupakan pola pengembangan sebuah paragraf yang dibentuk melalui penarikan sebuah gagasan atau simpulan umum berdasarkan perihal atau kejadian. Contoh: Jugaterdapat di berbagai antologi bersama, beberapa yang tercatat terbit di luar daerah al. Pariwisata Indonesia dalam Puisi (Jakarta, 1991), Cerita dari Hutan Bakau (Jakarta, Jakarta 1004), Jakarta dalam Puisi Mutakhir (Jakarta, 2000), Narasi 34 Jam (Jakarta, 2001), Perkawinan Batu (Dewan Kesenian Jakarta, 2005), Ragam Jejak Sunyi Tsunami 2 Ketika akan membacakan sebuah puisi yang harus diperhatikan ialah . a. gaya dan jeda b. gaya, ekspresi, jeda c. intonasi, jeda, ekspresi d. intonasi dan tanda baca. 3. Cara untuk menyebutkan nada bahasa di dalam sebuah puisi disebut . a. lafal b. intonasi c. ekspresi d. notasi. 4. Jenis hewan Herbivora adalah salah satu jenis hewan Puisi DARI IBU. Karya : Asrul Sani. Pergi ke dunia luas, anakku sayang pergi ke hidup bebas ! Selama angin masih angin buritan dan matahari pagi menyinar Jika membaca puisi. Surat dari Ibu karya Asrul Sani akan terlihat bagaimana nada yang akan dipakai saat mengucap larik-lariknya. Penulis merasakan nada  PuisiCinta Sastrawan Besar. February 08, 2014. (mural di salah satu sudut kota ini adalah kutipan dari puisi patah hati Chairil Anwar. Saya minta maaf kepada fotografernya karena tidak bisa minja ijin) Saya bukan pengikut "idiologi" hari valentine. Pun tidak mengakuinya sebab bagi saya, setiap hari adalah hari kasih sayang. Ekstrinsikpuisi "Surat dari Ibu" yang dibaca atau diperdengarkan secara berkelompok.), menyajikan laporan 5 Menit . 6. Peserta didik dengan bimbingan guru membuat kesimpulan dari materi yang telah disampaikan. Penutup 1. Guru dan peserta didik melakukan refleksi tehadap pembelajaran yang telah dilakukan dan memberikan apresiasi jdyM. Puisi Surat Dari Ibu. Surat dari ibu artinya, informasi dari ibu melalu media surat, sebagaiman diketahui Surat adalah suatu sarana komunikasi tertulis untuk menyampaikan info, pernyataan atau pesan pada pihak lain yang memiliki keperluan kegiatan dengan bentuk tertentu. dengan demikian surat membawa berita, pernyataan atau pesan yg diperlukan informasi itu akan tersampaikan kepada yg dituju oelh penulis surat. Surat merupakan sarana komunikasi tertulis. Komunikasi tersebut bisa berupa pengumuman, pemberitahuan, informasi dan untuk berikut ini, informasi tertuld dari seorang ibu. kepada anaknya, bagaiman puisinya untuk selengkapnya puisi surat dari ibu silahkan disimak saja puisi ibu berikut iniPuisi Surat Dari IbuNak... ma'af kan ibu Yang telah meninggalkan mu Terpaksa semua ini ibu lakukan demi perubahan nasib Ibu tahu,, kau begitu kehilangan Ibu mengerti Kau begitu tersiksa Tanpa ada ibu di sisi mu Nak,, Janganlah berkecil hati Jangan larut dalam kesedihan mu Karna ibu pergi untuk kembali Nak ,, Ibu tahu apa yang kau rasa Ibu tahu kau begitu kehilangan Nak ,,, Jangan biarkan kesedihan mu Menghilangkan keceriaan mu Ibu tahu ,, Kau cemburu Melihat kawan mu bersandingkan ibu Berpalinglah dari mereka Demi kesedihan mu Jadilah sosok anak yang tegar Jadilah kau seorang anak penyabar Mandiri dalam menjalani kehidupan Meski tanpa ibu disamping mu Percayalah ,, Bila waktunya tiba Ibu akan kembali berkumpul bersama -Fatmah Nisah/subang- Puisi Surat Dari Ibu Oleh Syaihuncong, kata-kata dalam surat ini mungkin tak dapat dibaca huruf-hurufnya merembes hujan tak semuanya bening carilah artinya di sana doa mungkin terlalu samar untuk kau eja Tuhan yang kutitip padamu. Dia telah kembali dengan batu petilasan dan biji garam yang utuh putarlah kincir anginmu tali pengikatnya tak cukup kuat beradu pasrah dengan angin tabunan di tambak sudah terbubuhi ikan-ikan masih di peminian setiap pagi ayahmu menabur gumuk mereka menunggu berlompatan denganmu sebelum para petani menebar jala kau telah mangkat lebih dulu kau bukan ikan tawanan yang terjebak waktu leluhur meski baru saja melawan ombak rakit melayar dari alas hingga laut langit tua bersaksi pancangmu berakar tanah gersang taklukkan. Demikianlah surat dari ibu. Simak/baca juga puisi puisi yang lain di blog ini. Semoga puisi ibu di atas menghibur dan bermanfaat, Jangan lupa di share puisinya yah... Sampai jumpa di artikel puisi selanjutnya dengan label puisi ayah dan ibu. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung. SURAT DARI IBU Pergi ke dunia anak-anaku sayang pergi ke hidup bebas! Sesama angin masih angin buritan dan matahari pagi menyinar daun-daunan dalam rimba dan padang hijau. Pergi ke laut lepas, anakku sayang pergi ke alam bebas! Sesama hari belum petang dan warna senja belum kemerah-merahan menutup pintu waktu lampau. Jika bayang telah pudar dan elang laut pulang ke sarang angin bertiup ke benua Tiang-tiang akan kering sendiri dan nakhoda sudah tahu pedoman Boleh engkau datang padaku! Kembali pulang, anakku sayang kembali ke balik malam! Jika kapalmu telah rapat ke tepi Kita akan bercerita "Tentang cinta dan hidupmu pagi hari" karya Asrul Sani UNSUR INSTRINSIK Tema Tema merupakan gagasan utama atau ide pokok yang terdapat dalam sebuah puisi yang ingin diungkapkan oleh penyair. Tema yang terkandung dalam puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani adalah pendidikan, yaitu nasihat seorang ibu kepada anaknya agar mengembara untuk mencari pengetahuan dan pengalaman sebanyak mungkin agar hidupnya dapat kokoh. Setelah pemuda memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup, dinyatakan dengan "Jika bayang telah pudar/dan elang laut pulang ke sarang angin bertiup ke benua tiang-tiang akan kering sendiri dan nakhoda sudah tahu pedoman Boleh engkau datang padaku!" Pada bait terakhir, sang ibu meminta anaknya "pulang kembali ke balik malam untuk "bercerita tentang cinta dan hidupmu pagi hari". Perasaan Perasaan merupakan kehendak yang ingin diungkapkan oleh penyair. Perasaan juga mrujuk kepada isi hati sang penyair, bagaimana suasana hatinya saat membuat sebuah puisi. Perasaan yang terkandung dalam puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani adalah ketegasan. Perasaan ketegasan terlihat pada bait ke-2, yaitu masa muda di saat tenaga masih kuat dan banyak kesempatan tersedia untuk mencapai cita-cita. Pergi ke laut lepas, anakku sayang pergi ke alam bebas! Sesama hari belum petang dan warna senja belum kemerah-merahan menutup pintu waktu lampau. Nada dan Suasana Nada merupakan sikap penyair terhadap para pembaca, sedangkan suasana merupakan keadaan jiwa yang ditimbulkan oleh puisi tersebut kepada para pembaca. Jika membaca puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani akan terlihat bagaimana nada yang akan dipakai saat mengucap larik-lariknya. Penulis merasakan nada sungguh-sungguh dan serius. Selain itu juga ada larik yang jika dibacakan sangat sesuai dengan nada haru, yaitu pada baris ke-20 yang berbunyi “Kita akan bercerita”, yaitu menggambarkan sang ibu dan sang anak saling menceritakan pengalamannya dan melepas kerinduan. Suasana dalam puisi ini juga menggambarkan suasana serius, yaitu pada baris ke-15 dan ke-16, yaitu “dan nahkoda sudah tau pedoman” dan “boleh engkau datang padaku!”. Keseriusan tersebut mengandung arti seorang ibu menyuruh anaknya pergi untuk mencapai segala cita-cita kemudian setelah cita-cita tercapai dan hidupnya telah sukses, maka si Ibu menyuruh anaknya kembali pulang. Amanat Amanat merupakan suatu hal yang mendorong penyair untuk menciptakan sebuah puisi. Dengan kata lain, amanat adalah pesan tersirat yang ingin disampaikan oleh penyair melalui puisi buatannya. Amanat yang terkandung dalam puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani adalah ini merupakan harapan ibu untuk anaknya dalam berjuang menyelami hidup dari tidak mempunyai apa-apa ilmu, harta benda dll sampai berhasil menjadi orang pintar, cerdas, sukses, kaya dll sesuai dengan cita-cita seorang anak, anak tersebut tidak melupakan keluarga dan ibunya, yang akhirnya akan kembali lagi bercengkrama dengan ibunya. Melalui puisinya, pengarang juga mau menyampaikan pesan/amanat bahwa Kesuksesan seorang anak hendaknya tidak menjadikannya lupa kepada kedua orang tuanya, terutama ibu yang telah mengandung dan melahirkannya. Seorang ibu tidak pernah menginginkan kesuksesan ataupun buah kesuksesan anaknya berupa harta/uang. Seorang ibu akan cukup berbahagia jika anaknya masih mau meluangkan waktu berkumpul dengannya untuk sekedar bercerita tentang pengalaman hidupnya dan kesuksesannya. Maka, seorang anak hendaknya selalu menjaga hubungan baik dengan selalu memperhatikan orang tuanya. UNSUR EKSTRINSIK Biografi Asrul Sani Asrul Sani lahir di Rao, suatu daerah di sebelah utara Sumatera Barat, pada tanggal 10 Juni 1926 dan meninggal di Jakarta, pada tahun 2004 Asrul Sani berasal dari keluarga yang terpandang. Ayahnya adalah seorang raja yang bergelar “Sultan Marah Sani Syair Alamsyah Yang Dipertuan Sakti RaoMapat”. Meski membenci Belanda, ayahnya sangat menggemari musik klasik aliran musik bergengsi dari Eropa yang tidak biasa didengar oleh penduduk pribumi pada saat itu, apalagi di daerah terbelakang seperti Rao. Oleh karena itu, Asrul patut berbangga hati karena sebelum bersekolah, ia sudah mendengar karya-karya terkenal dari Schubert. Ibunya adalah seorang wanita yang sederhana, namun sangat memperhatikan pendidikannya. Sejak kecil ia dimanjakan oleh ibunya dengan buku-buku cerita ternama. Ibunya selalu membacakan buku-buku tersebut untuknya. Oleh karena itu, sekali lagi, ia patut berbangga hati karena sebelum pandai membaca, ia sudah mendengar cerita Surat Kepada Raja karya Tagore. Inilah gambaran Asrul muda di mata Pramoedya Ananta Toer Seorang pemuda langsing, gagah, ganteng, berhidung mancung bersikap aristokrat tulen…Tinggalnya di jalan Gondangdia Lama. Mendengar nama jalan ini saja, kami pribumi kampung yang lain, mau tak mau terpaksa angkat pandang menatap wajahnya. Di Gondangdia Lama hanya ada gedung-gedung besar, megah, dan mewah. Akan tetapi, kami pun punya kebanggaan “penerbitan kami”. Begitulah, pada suatu kali kami undang dia datang menghadiri diskusi sastra. “Penerbitan” kebanggaan kami, kami perlihatkan kepadanya. Dia baca pendapat redaksi tentang sajak-sajak peserta. Tentunya, kami ingin tahu pendapatnya, dan sudah tentu juga perhatiannya. Ternyata pendapat dan perhatiannya tepat sebaliknya daripada yang kami harapkan. Aku masih ingat kata-katanya “Tahu apa orang-orang ini tentang sajak?” Dan, kami pun sadar, sesungguhnya kami tidak tahu. Tapi itu tidaklah begitu mengejutkan dibanding dengan kata-katanya yang lain “Tahu apa orang-orang ini tentang Keats dan Shelley! Bukan hanya kami yang baru dengar kata-kata aneh itu, juga Victor Hugo-nya Sanjaya menjadi gagu kehilangan lidah! Pemuda berpeci merah tebal itu adalah asrul Sani . Dan “penerbitan” kamipun mati kehabisan darah kebakaran semangant. Asrul memulai pendidikan formalnya di Holland Inlandsche SchoolHIS, Bukittinggi, pada tahun 1936. Lalu, ia masuk ke SMP Taman Siswa, Jakarta 1942, Sekolah Kedokteran Hewan, Bogor 194.. Ia menyelesaikan kuliahnya pada tahun 1955. Jadi, ia adalah seorang dokter hewan. Akan tetapi, gelar bergengsi itu tidak dapat mengalihkan perhatiannya dari dunia seni sastra, teater, dan film. Bahkan, di sela-sela kuliahnya, ia masih sempat belajar drama di akademi seni drama di Amsterdam bea siswa dari Lembaga Kebudayaan Indonesia-Belanda, 1952. Asrul Sani bisa memuji secara habis, selamanya disediakan tempat yang lebih tinggi bagi dirinya. M. Balfas dalamHutagalungg Di dalam dunia sastra Asrul Sani dikenal sebagai seorang pelopor Angkatan ’45. Kariernya sebagai Sastrawan mulai menanjak ketika bersama Chairil Anwar dan Rivai Apin menerbitkan buku kumpulan puisi yang berjudul Tiga Menguak Takdir. Kumpulan puisi itu sangat banyak mendapat tanggapan, terutama judulnya yang mendatangkan beberapa tafsir. Setelah itu, mereka juga menggebrak dunia sastra dengan memproklamirkan “Surat Kepercayaan Gelanggang” sebagai manifestasi sikap budaya mereka. Gebrakan itu benar-benar mempopulerkan mereka. Sebagai sastrawan, Asrul Sani tidak hanya dikenal sebagai penulis puisi, tetapi juga penulis cerpen, dan drama. Cerpennya yang berjudul “Sahabat Saya Cordiaz” dimasukkan oleh Teeuw ke dalam “Moderne Indonesische Verhalen” dan dramanya ,Mahkamah, mendapat pujian dari para kritikus. Di samping itu, ia juga dikenal sebagai penulis esai, bahkan penulis esai terbaik tahun ’50-an. Salah satu karya esainya yang terkenal adalah “Surat atas Kertas Merah Jambu” sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda. Sejak tahun 1950-an Asrul lebih banyak berteater dan mulai mengarahkan langkahnya ke dunia film. Ia mementaskan “Pintu Tertutup” karya Jean-Paul Sartre, “Burung Camar” karya Anton P. Chekov, dll. Ia menulis skenario film “Lewat Jam Malam mendapat penghargaan dari FFI, 1955, “Apa yang Kau Cari Palupi?” mendapat Golden Harvest pada Festival Film Asia, 1971, “Kemelut Hidup” mendapat Piala Citra 1979,dll. Ia juga menyutradarai film “Salah Asuhan” 1972, “Jembatan Merah” 1973, Bulan di atas Kuburan 1973, dll. Banyak sekali pekerjaan yang dilakukan Asrul Sani semasa hidupnya dan berbagai bidang pula. Ia pernah menjadi Laskar Rakyat pada masa proklamasi, redaktur majalah Pujangga Baru, Gema Suasana, Siasat, dan Zenith. Ketua Dewan Kesenian Jakarta 1977—1987, Ketua Lembaga Seniman Kebudayaan Muslim Lesbumi, Anggota Badan Sensor Film, Pengurus Pusat Nahdatul Ulama, Anggota DPR-MPR 1966—1983, dll. Dalam perjalanan hidupnya, Asrul pernah menikah dua kali. Yang pertama, ia menikahi Siti Nuraini, temannya sesama wartawan, pada tanggal 29 Maret 1951, di Bogor dan bercerai pada tahun 1961. Yang kedua, ia menikahi Mutiara Sarumpaet, 22 tahu lebih muda darinya, pada tanggal 29 desember 1972. Dari pernikahannya yang pertama, Asrul dikaruniai tiga anak perempuan dan dari pernikahannya yang kedua Asrul dikaruniai tiga anak laki-laki Pada masa akhir hidupnya, istrinya, Mutiara Sarumpaet, tetap setia mendampinginya. Asrul yang mulai renta dan sudah harus duduk di kursi roda tidak menghalangi keduanya untuk tampil di depan umum dengan mesra. Ketika menghadiri acara pelantikan Prof. Riris K. Toha Sarumpaet, adik kandung Mutiara menjadi guru besar di Universitas Indonesia 3 September 2003, Mutiara dengan mesra menyuapi Asrul di atas kursi rodanya. Makanan dan minuman yang sesekali meluncur dari bibir dan mengotori dagunya, dilap oleh Mutiara dengan lembut. Karya-Karya Asrul Sani I. Karya Asli a puisi b cerita pendek c drama d esai II. Karya Terjemahan a puisi b cerita pendek c novel masih berupa naskah d drama sebagian besar masih berupa naskah MAKNA PUISI Analisis kebahasaan dan makna Puisi Surat dari Ibu, karya Asrul Sani NO Larik Puisi Makna 1 Pergi ke laut lepas, anakku sayang mencari pengalaman dan menambah wawasan laut lepas = kata simbol =dunia / masyarakat / ilmu pengetahuan / kehidupan 2 pergi ke alam bebas! Alam bebas = kt. Simbol =membebaskan pikiran; menambah wawasan agar pergaulan dan pengetahuannya luas 3 Selama hari belum petang Selama sang anak belum menadi tua Petang = kiasan; simbol =tua 4 dan warna senja belum kemerah-merahan Dan pemikirannya belum penuh dengan beban pemikiran tentang hidup Senja belum kemerah-merahan = suasana suram / pekat;menggambarkan pikiran orang tua yang penuh dengan permasalahan hidup 5 menutup pintu waktu lampau Kita tak mungkin kembali ke masa lalu Ket baris 4-5 mengandung majaspersonifikasi; karena hari diandaikan berlaku seperti manusia menutup pintu baris 3-5 mengandung citraan / imaji visual 6 Jika bayang telah pudar Jika pengalaman yang didapat telah banyak ; digambarkan dengan kata-kata konkret pada baris 1-2 yang menggambarkan hari sudah senja. Jika bayang telah pudar berarti hari sudah mulai senja / dan elang laut pulang ke sarang juga pada waktu senja. Artinya, pengalaman dan pengetahuan yang didapat sang anak sudah banyak / sudah mencukupi. 7 dan elang laut pulang ke sarang 8 angin bertiup ke benua Angin bertiup ke benua / daratan saatnya para nelayan kembali pulang ke darat; artinya saatnya sang anak kembali pulang. 9 Tiang-tiang akan kering sendiri Tiang-tiang akan kering sendiri artinya kedewasaan dan jiwa sang anak sudah kokoh oleh pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh 10 dan nakhoda sudah tahu pedoman Nakhoda simbol seorang pemimpin yang memimpin kapalnya. Kapal simbol kehidupan / perjalanan hidup seseorang Jadi, nakhoda sudah tahu pedoman = pemimpin yang sudah tahu tujuan hidupnya. Sang anak diharapkan sudah tahu tujuan hidupnya 11 boleh engkau datang padaku! Maka sang anak boleh menceritakan seluruh pengalaman dan kesuksesannya kepada sang ibu. 12 Kembali pulang, anakku sayang Sang ibu meminta anaknya pulang 13 kembali ke balik malam! Kembali untuk menenangkan diri dan beristirahat / berkumpul dengan keluarga Malam menggambarkan keadaan; saatnya seluruh anggota keluarga berkumpul dan beristirahat bersama 14 Jika kapalmu telah rapat ke tepi Jika perjalanan hidup; tujuan hidup sang anak telah tercapai Digambarkan dengan kapal telah merapat ke tepi biasanya kapal akan sandar / merapat ke tepi / pelabuhan jika telah sampai tujuan 15 Kita akan bercerita Kita =sang ibu dan sang anak saling menceritakan pengalamannya; melepas kerinduan 16 “Tentang cinta dan hidupmu pagi hari” Menceritakan hal-hal yang baik tentang kesuksesan sang anak dan bukan tentang keluhan atau kegagalan yang menyebabkan sang ibu bersedih digambarkan dengan menceritakan tentang cinta; dan menceritakan rencana hidup sang anak di masa depan. SHARE TO » Dari Wikisource bahasa Indonesia, perpustakaan bebas Loncat ke navigasi Loncat ke pencarianPergi ke dunia luas, anakku sayang pergi ke dunia bebas! Selama angin masih angin buritan dan matahari pagi menyinar daun-daunan dalam rimba dan padang hijau Pergi ke laut lepas, anakku sayang pergi ke alam bebas! Selama hari belum petang dan warna senja belum kemerah-merahan menutup pintu waktu lampau Jika bayang telah pudar dan elang laut pulang ke sarang angin bertiup ke benua Tiang-tiang akan kering sendiri dan nakhoda sudah tahu pedoman boleh engkau datang padaku! Kembali pulang, anakku sayang kembali ke balik malam! Jika kapalmu telah rapat ke tepi Kita akan bercerita “Tentang cinta dan hidupmu pagi hari"